MEMAHAMI JATI DIRI MANUSIA - ReferensiBisnis.com

27 Jul 2009

MEMAHAMI JATI DIRI MANUSIA



Setiap manusia pada umumnya tidak tahan terhadap penderitaan,akibat dari adanya kekalahan, rasa sakit, penghinaan, penipuan, perampasan, penindasan dan bentuk-bentuk siksaan fisik maupun psikis lainnya. Sebaliknya, hampir semua manusia mendambakan kebahagiaan atau kesenangan.
Untuk itu setiap manusia akan berlomba dan berusaha mencari”Kemenangan” dalam setiap kompetisi kehidupan. Sebab, segala bentuk kekalahan dalam pertandingan sering sangat menyakitkan. Manusia cenderung menghindar dari rasa sakit.
Niscaya perasaan kita merasa sakit manakala dihina,ditipu, dirampas atau dirampok harta maupun kemerdekaan kita, ditindas maupun disiksa. Sepanjang hayat, kita tak ingin rasa sakit itu menguasai tubuh dan pikiran kita. Untuk itu, setiap manusia akan berusaha melawan atau menghindari rasa sakit. Apakah manusia selalu menang dalam melawan rasa sakit atau penderitaan itu?
Menang atau kalah, manusia selalu butuh pelampiasan psikis untuk”Berkeluh Kesah” berharap dan berterima kasih atau bersyukur. Disinilah, sering muncul spontanitas sebuah ”Sosok Artifisial” sebagai tempat berkeluh kesah. Sosok itu adalah pengharapan yang“ Maha Tinggi” yang sering disebut sebagai Tuhan Semesta Alam.
Secara teoritis, orang-orang yang kalah, teraniaya,menderita, terasing, dari kehidupan sosial, akhirnya lebih banyak membutuhkan kekuatan eksternal, yakni bias berupa Tuhan atau sosok Ratu Adil. Padahal,Tuhan dan Ratu Adil itu tak kunjung datang. Untuk menyelamatkan atau membebaskan penderitaannya.
Apakah dalam kelimpahan harta benda dan kemenangan otomatis tidak ada penderitaan? Penderitaan pasti selalu ada, sebab sumber penderitaan tidak semata-mata hanya terletak pada harta benda dan kemenangan melainkan pada “Harapan, Ketekutan, dan ketidakpuasan”.
Kita tau, bahwa semua manusia entah kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, pejabat atau rakyat pasti memiliki setumpuk harapan, ketakutan-ketakutan dan sejuta ketidakpuasan. Itulah sumber abadi letak “Penderitaan”.
Jadi, semakin sedikit kita berharap dan semakin bisa membebaskan jiwa kita dari aneka belenggu ketakutan dan semakin bisa merasa puas terhadap apapun hasil dari kerja atupun pilihan kita, maka secara teoritis hidup kita akan merasa nyaman dan tidak selalu mengeluh pada Tuhan atau berharap datangnya Ratu adil.
Orang seperti itu akan sangat tenang dan teduh jiwanya. Itulah yang disebut orang merdeka yang tidak senantiasa berharap masuk surga tetapi juga tidak takut masuk neraka.



Share with your friends

Silahkan tinggalkan komentar terbaik anda dan mohon untuk tidak memasukkan link di dalam form komentar.

Salam.
Admin

Baja Ringan Semarang